Jumat, 17 Februari 2012

Multistage Fitness Test


Multistage Fitness Test

 
Tes ini merupakan test yang  dilakukan di lapangan, sederhana namun menghasilkan suatu perkiraan yang  cukup akurat tentang konsumsi oksigen maksimal untuk berbagai kegunaan atau tujuan. Pada dasarnya test ini bersifat langsung: testi berlari secara bolak balik sepanjang jaulur atau lintasan yang telah diukur sebelumnya, sambil mendengarkan serangkaian tanda yang berpa bunyi “ tut” yang terekam dalam kaset. Waktu tanda “tut” tersebut pada mulanya berdurasi sangat lambat, tetapi secara bertahap menjadi lebih cepat sehingga akhirnya makin mempersulit testi untuk menyamakan kecepatan langkahnya dengan kecepatan yang diberikan oleh tanda tersebut. Testi berhenti apabila ia tidak mampu lagi mempertahankan langkahnya, dan tahap ini menunjukan tingkat konsumsi oksigen maksimal testi  tersebut.
Sebelum melakukan tes ini, ada beberapa  hal yang perlu dipatuhi baik oleh tester ataupun testi.

Tindakan Pencegahan
  • Apabila testi mengalami cidera atau menderita suatu penyakit, atau apabila tidak sedang berada dalama kondisi sehat, sebaiknya testi berkonsultasi kepada dokter sebelum melaksanakan tes ini.
  • Sebelum melakukan tes, testi harus melakukan pemanasan
  • Sebelum melakukan tes, testi dilarang makan selama 2 jam
  • Testi dianjurkan mengenakan pakaian olahraga dan alas kaki yang dapan mengurangi kemungkinan tergelincir
  • Sebelum melakukan tes, testi dilarang minum alcohol abat atau merokok jangan melakukan tes setelah selesai melakukan latihan berat pada hari yang sama
  • Hindari kondisi udara lembab atau cuaca panas
  • Setelah melakukan tes lari multitahap, testi harus melakukan pendinginan misalnya dengan berjalan dan kemudian dilanjutkan dengan peregangan
Perlengkapan
Ada beberapa perlengkapan yang diperlukan dalam melakukan tes ini, yaitu:
  • Halaman, lapangan atau permukaan yang datar dan tidak licin, sekurang-kurangnya sepanjang 22 meter
  • Mesin pemutar kaset (VCD, tape recorder)
  • Kaset audio yang telah tersedia
  • Pita pengukur/meteran untuk mengukur jalur/lintasan sepanjang 20 meter
  • Kerucut sebagai batas jarak
  • Lebar lintasan kurang lebih 1 hingga 1,5 meter untuk tiap testi
  • stopwatch
Persiapan Pelaksanaan Tes 
  • Pertama-tama ukur jarak lintasan sepanjang 20 meter dan berilah tanda pada kedua ujungnya dengan kerucut atau tanda lain sebagai tanda jarak
  • Masukan kaset rekaman kedalam mesin pemutar audio kemudian pastikan bahwa kaset telah berputar
Pelaksanaan tes
  • Mualailah menghidupkan mesin pemutar audio dan kemudian masukan kaset yang telah tersedia, periksa ketepatan waktunya terlebih dahulu.
  • Beberapa petunjuk kepada testi telah tersedia dalam kaset rekaman. Berlanjut dengan penjelasan ringan mengenai pelaksanaan tes, yang mengatarkan pada perhitungan mundur selama 5 detik memanjang  pelaksanaan dari permulaan tes terebut. Setelah itu, kaset mengeluarkan tanda “tut” tungal pada beberapa interval yang teratur. Para testi diharapkan berusaha agar dapat sampai keujung yang berlawanan (disebrang) bertepatan dengan saat “tut” yang pertama berbuny. Kemudian testi harus meneruskan berlari pada kecepatan yang sudah diatur, dengan tujuan agar sampai ke salah satu dari kedua ujung tersebut bertepatan dengan terdengarnya bunyi “tut” berikutnya.
  • Setelah mencapai waktu selama satu menit, interval waktu diantara kedua bunyi “tut” akan berkurang, sehingga dengan demikian kecepatan lari harus makin ditingkatkan. Kecepatan lati pada menit pertama disebut level 1, kecepatan pada menit ke dua disebut level 2, dan seterusnya. Masing-masing level berlangsung meningkat sampai level 21. Akhir tiap lari bolak-balik ditandai dengan bunyi “tut” tunggal, sedangkan akhir tiap level ditandai dengan sinyal  “tut” tiga kali berturut- turut serta pemberian komentar dari rekaman tersebut. Penting untuk diketahui bahwa kecepatan lari pada permulaan tes lari multitahap ini sangat lambat. Pada level 1, para testi diberi waktu 9 detik harus sudah satu kali lari sepanjang 20 meter.
  • Testi harus selalu menempatkan satu kaki tepat pada atau dibelakang tanda meter ke 20 pada akhir tiap kali lari. Apabila testi telah mencapai salah satu ujung batas lari sebelum sinyal “tut” berikutnya, esti harus berbalik (dengan bertumpu pada sumbu putar kaki tersebut) dan menunggu isyarat bunyi “tut” kemudian melanjutkan kembali lari dan menyesuaikan kecepatan lari pada level berikutnya.
  • Tiap testi harus meneruskan lari selama mungkin sampai tidak mampu lagi mengikuti dengan kecepatan yang telah diatur, sehingga testi secara suka rela harus menarik diri dari tes yang sedang dilakukan. Dalam beberapa hal, pelatih yang menyelenggarakan tes ini perlu menghentikan testi apabila mulai ketinggalan dibelakang langkah yang diharapkaan. Apabila testi gagal menapai jarak dua langkah menjelang garis ujung pada saat terdengar bumyi “tut”, testi masih diberikan kesempatan meneruskan dua kali lari agar dapat memperoleh kembali langkah yang diperlukan sebelum ditarik mundur. Tes lari multitahap ini bersifat maksimal dan progresif, artinya cukup mudah pada masa permulaanya, tetapi makin meningkat dan makin sulit menjelang saat-saat terakhir. Agar hasil sukup sahih, testi harusbekerja semaksimal mungkin sewaktu menjalani tes ini, dan olehkarena itu testi harus berusaha mencapai level setinggi mungkin sebelm menghentikan tes.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes lari multitahap yaitu:
  • Ingatkanlah pada testi bahwa kecepatan awal harus lambat dan testi tidak boleh memulai pelaksanaan lari ini dengan terlampau cepat
  • Pastikan bahwa satu kaki testi telah menginjak tepat pada atau dibelakang garis batas akhir tiap kali lari
  • Pastikan kepada testi agar berbalik dengan membuat sumbu putar pada kakimya, dan jangan sampai testi berputar dalam lengkungan yang lebar
  • Apabila testi mulai tertinggal sejauh dua langkah atau lebih sebelum mencapai garis ujung, atau dua kali lari bolak-balik dalam satu baris, tariklah testi dalam pelaksanaan tes.
Penilaian
  • Untuk mengetahui konsumsi oksigen maksimal testi gunakan table
  • Setelah mengetahui konsumsi oksigen maksimal dan kategori kesegaran jasmani  testi gunakan table
REFRENSI
Ismaryati, 2008, Tes dan Pengukuran olahraga, Surakarta: LPP UNS dan UNS press.
 
    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar