Multistage Fitness Test
Tes ini merupakan test yang dilakukan di lapangan, sederhana namun
menghasilkan suatu perkiraan yang cukup
akurat tentang konsumsi oksigen maksimal untuk berbagai kegunaan atau tujuan.
Pada dasarnya test ini bersifat langsung: testi berlari secara bolak balik
sepanjang jaulur atau lintasan yang telah diukur sebelumnya, sambil
mendengarkan serangkaian tanda yang berpa bunyi “ tut” yang terekam dalam
kaset. Waktu tanda “tut” tersebut pada mulanya berdurasi sangat lambat, tetapi secara
bertahap menjadi lebih cepat sehingga akhirnya makin mempersulit testi untuk
menyamakan kecepatan langkahnya dengan kecepatan yang diberikan oleh tanda
tersebut. Testi berhenti apabila ia tidak mampu lagi mempertahankan langkahnya,
dan tahap ini menunjukan tingkat konsumsi oksigen maksimal testi tersebut.
Sebelum melakukan tes ini, ada beberapa hal yang perlu dipatuhi baik oleh tester
ataupun testi.
Tindakan Pencegahan
- Apabila testi mengalami cidera atau menderita suatu penyakit, atau apabila tidak sedang berada dalama kondisi sehat, sebaiknya testi berkonsultasi kepada dokter sebelum melaksanakan tes ini.
- Sebelum melakukan tes, testi harus melakukan pemanasan
- Sebelum melakukan tes, testi dilarang makan selama 2 jam
- Testi dianjurkan mengenakan pakaian olahraga dan alas kaki yang dapan mengurangi kemungkinan tergelincir
- Sebelum melakukan tes, testi dilarang minum alcohol abat atau merokok jangan melakukan tes setelah selesai melakukan latihan berat pada hari yang sama
- Hindari kondisi udara lembab atau cuaca panas
- Setelah melakukan tes lari multitahap, testi harus melakukan pendinginan misalnya dengan berjalan dan kemudian dilanjutkan dengan peregangan
Ada beberapa perlengkapan yang diperlukan dalam melakukan tes ini, yaitu:
- Halaman, lapangan atau permukaan yang datar dan tidak licin, sekurang-kurangnya sepanjang 22 meter
- Mesin pemutar kaset (VCD, tape recorder)
- Kaset audio yang telah tersedia
- Pita pengukur/meteran untuk mengukur jalur/lintasan sepanjang 20 meter
- Kerucut sebagai batas jarak
- Lebar lintasan kurang lebih 1 hingga 1,5 meter untuk tiap testi
- stopwatch
Persiapan Pelaksanaan Tes
- Pertama-tama ukur jarak lintasan sepanjang 20 meter dan berilah tanda pada kedua ujungnya dengan kerucut atau tanda lain sebagai tanda jarak
- Masukan kaset rekaman kedalam mesin pemutar audio kemudian pastikan bahwa kaset telah berputar
Pelaksanaan tes
- Mualailah menghidupkan mesin
pemutar audio dan kemudian masukan kaset yang telah tersedia, periksa ketepatan
waktunya terlebih dahulu.
- Beberapa petunjuk kepada testi
telah tersedia dalam kaset rekaman. Berlanjut dengan penjelasan ringan mengenai
pelaksanaan tes, yang mengatarkan pada perhitungan mundur selama 5 detik
memanjang pelaksanaan dari permulaan tes
terebut. Setelah itu, kaset mengeluarkan tanda “tut” tungal pada beberapa
interval yang teratur. Para testi diharapkan berusaha agar dapat sampai keujung
yang berlawanan (disebrang) bertepatan dengan saat “tut” yang pertama berbuny.
Kemudian testi harus meneruskan berlari pada kecepatan yang sudah diatur,
dengan tujuan agar sampai ke salah satu dari kedua ujung tersebut bertepatan
dengan terdengarnya bunyi “tut” berikutnya.
- Setelah mencapai waktu selama satu
menit, interval waktu diantara kedua bunyi “tut” akan berkurang, sehingga
dengan demikian kecepatan lari harus makin ditingkatkan. Kecepatan lati pada
menit pertama disebut level 1, kecepatan pada menit ke dua disebut level 2, dan
seterusnya. Masing-masing level berlangsung meningkat sampai level 21. Akhir
tiap lari bolak-balik ditandai dengan bunyi “tut” tunggal, sedangkan akhir tiap
level ditandai dengan sinyal “tut” tiga
kali berturut- turut serta pemberian komentar dari rekaman tersebut. Penting
untuk diketahui bahwa kecepatan lari pada permulaan tes lari multitahap ini
sangat lambat. Pada level 1, para testi diberi waktu 9 detik harus sudah satu
kali lari sepanjang 20 meter.
- Testi harus selalu menempatkan
satu kaki tepat pada atau dibelakang tanda meter ke 20 pada akhir tiap kali
lari. Apabila testi telah mencapai salah satu ujung batas lari sebelum sinyal
“tut” berikutnya, esti harus berbalik (dengan bertumpu pada sumbu putar kaki
tersebut) dan menunggu isyarat bunyi “tut” kemudian melanjutkan kembali lari
dan menyesuaikan kecepatan lari pada level berikutnya.
- Tiap testi harus meneruskan lari selama mungkin sampai tidak mampu lagi mengikuti dengan kecepatan yang telah diatur, sehingga testi secara suka rela harus menarik diri dari tes yang sedang dilakukan. Dalam beberapa hal, pelatih yang menyelenggarakan tes ini perlu menghentikan testi apabila mulai ketinggalan dibelakang langkah yang diharapkaan. Apabila testi gagal menapai jarak dua langkah menjelang garis ujung pada saat terdengar bumyi “tut”, testi masih diberikan kesempatan meneruskan dua kali lari agar dapat memperoleh kembali langkah yang diperlukan sebelum ditarik mundur. Tes lari multitahap ini bersifat maksimal dan progresif, artinya cukup mudah pada masa permulaanya, tetapi makin meningkat dan makin sulit menjelang saat-saat terakhir. Agar hasil sukup sahih, testi harusbekerja semaksimal mungkin sewaktu menjalani tes ini, dan olehkarena itu testi harus berusaha mencapai level setinggi mungkin sebelm menghentikan tes.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes lari
multitahap yaitu:
- Ingatkanlah pada testi bahwa kecepatan awal harus lambat dan testi tidak boleh memulai pelaksanaan lari ini dengan terlampau cepat
- Pastikan bahwa satu kaki testi telah menginjak tepat pada atau dibelakang garis batas akhir tiap kali lari
- Pastikan kepada testi agar berbalik dengan membuat sumbu putar pada kakimya, dan jangan sampai testi berputar dalam lengkungan yang lebar
- Apabila testi mulai tertinggal sejauh dua langkah atau lebih sebelum mencapai garis ujung, atau dua kali lari bolak-balik dalam satu baris, tariklah testi dalam pelaksanaan tes.
Penilaian
- Untuk mengetahui konsumsi oksigen maksimal testi gunakan table
- Setelah mengetahui konsumsi oksigen maksimal dan kategori kesegaran jasmani testi gunakan table
REFRENSI
Ismaryati, 2008, Tes dan Pengukuran olahraga, Surakarta:
LPP UNS dan UNS press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar